Deni Varindra : Mahfud MD lakukan kecerobohan pemaparan sejarah

Wakil Ketua Partai Berkarya Bali, Deni Varindra menuding Menkopolhukam Mahfud MD telah melakukan kecerobohan dalam memaparkan peristiwa sejarah Serangan Umum 1 Maret.
Dalam wawancara dengan TV One yang ditayangkan pada acara Kabar Petang dengan tajuk SU 1 Maret tanpa Pak Harto ? Mahfud MD menjelaskan tentang Kepres No 2/2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara yang menyebut bahwa yang berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah 4 orang, diantaranya Presiden – Wakil Presiden Soekarno – Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Menteri Pertahanan yang menggagas gerakan dan Jenderal Soedirman selaku Penggerak pasukan.
“Kami tidak sedang mempersoalkan kenapa tidak disebut nama Pak Harto didalam Kepres, namun kami sangat menyayangkan pemaparan Pak Mahfud selaku Menkopolhukam yang dapat disebut ceroboh dalam memaparkan sejarah,” ujar Deni Varindra.
Menurutnya kecerobohan pertama yang dilakukan Pak Mahfud adalah dengan menyatakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat peristiwa SU 1 Maret 1949 adalah sebagai Menhan.
“Pernyataan ini dapat disimak pada timeline 2.18 video yang diupload oleh TV One pada chanel Youtube dengan alamat https://youtu.be/6f90xzg_2HQ,” kemudian lanjut Deni,” Coba teliti dalam Kabinet Hatta I seperti yang dimuat dalam situs Setkab https://setkab.go.id/kabinet-hatta-i/ Menteri Pertahanan saat itu masih dijabat oleh Muhamammad Hatta (ad interim), sementara Sri Sultan baru menjabat selaku Menhan pada tanggal 15 Juli 1949.”
Lebih lanjut Deni menyampaikan bahwa seperti penjelasan awal yang disampaikan oleh Menkopolhukam bahwa Peristiwa SU 1 Maret 1949 adalah titik krusial hari yang sangat penting. Karena itulah seharusnya bisa lebih teliti dan berhati-hati terutama dalam memaparkannya apagi menuangkannya dalam kepres.
“Yang kedua disebutkan Sri Sultan menggagas adanya serangan umum ini, arti kata menggagas disini seharusnya orang yang menentukan hari, tanggal dan jam kemudian target sasaran serta strategi pengerahan pasukan,” papar Deni.
Jika cerita yang dibangun kemudian Sri Sultan mohon ijin kepada Bung Karno yang saat itu diasingkan kemudian Panglima Besar Jenderal Soedirman yang menggerakkan, tentu seharusnya Serangan Umum 1 Maret 1949 dini hari dilaksanakan dengan menggerakkan seluruh angkatan di wilayah Jawa Tengah. Apa yang terjadi pada waktu itu demikian ? Tanya Deni dengan nada retorika.
“Kami harap Pak Menkopolhukam menyadari kecerobohannya dan hal tersebut sangat wajar dan manusiawi. Bahwa perlu ada kehati-hatian dalam pemaparan sejarah sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan tafsir yang berbeda”, tutup Deni Varindra.