Perhimpunan Jurnalis Rakyat – Pijar Bali Tersentuh Emosi Menonton Film Suara Yang Dibuang

Harian Nusa Online – Denpasar, Malam minggu (16/09/2023), Pijar Bali menggelar acara nonton bareng sebuah film dokumenter berjudul “Suara Yang Dibuang”, bertempat di meeting room Renoma Garden Restaurant Jalan Hayam Wuruk 306 Denpasar. Acara yang digelar sejak jam 17.00 Wita mengundang Pengurus Pijar Se-Bali, Pengurus Partai Buruh Se-Bali dan beberapa caleg DPR-RI sampai tingkat Kabupaten/ Kota.
“Selain nonton bareng kita juga membedah bersama melalui forum group diskusi membahas isi dan pesan moral dari film yang sudah kita tonton tadi,” jelas TD. Yuanpriana Sariadha, S. H. selaku Koordinator Pijar Bali.
Dengan durasi 1 Jam, Film dokumenter yang digarap oleh para buruh ini mengisahkan tentang kehidupan kelas marjinal, diantaranya petani, nelayan, pembantu rumah tangga, yang menjadi korban kebijakan para penguasa dan pengusaha.
“Diawal film kita mendapat pernyataan bahwa kebanyakan dari kita menjadi miskin bukan karena nasib terlahir miskin. Tapi kebanyakan kita menjadi miskin karena sistem kekuasaan yang membuat ketimpangan ekonomi semakin parah. Keadilan yang tidak merata, baik itu keadilan ekonomi, pendidikan, hukum sehingga yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin,” ujar Ramdes panggilan akrab I Ketut Suartawan, Caleg Partai Buruh DPRD Karangasem yang maju bertarung di Dapil 1 Karangasem.

Sementara I Wayan Juliantara, Ketua Partai Buruh Exco Denpasar menyampaikan bahwa memang sebuah realita adanya potret kemiskinan dari kaum marginal seperti buruh nelayan di Bali. Dan pangkal persoalannya adalah ketidakadilan dalam memperoleh kesempatan.
“Saya sendiri berpikir rasanya tidak adil jika masyarakat kaya ikut menikmati dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya diprioritaskan bagi murid tidak mampu. Keadilan itu sejatinya bukan sekedar sama rata, tapi yang tidak mampu wajar mendapat jatah lebih banyak daripada murid dari kalangan berada.” tutur I Wayan Juliantara yang juga maju mencalonkan diri untuk DPRD Kota Denpasar dari Dapil Denpasar Selatan.

Film ini diakui cukup memancing emosi disamping memunculkan rasa solidaritas. Banyak dimunculkan kesaksian para buruh yang tadinya tidak mau berpolitik namun kini tersadar bahwa jika bukan dari golongan buruh yang berjuang maka tak ayal suara buruh pun akan terbuang. Dengan segala keterbatasan dana dan waktu, mereka menghimpun diri sampai terbentuk Partai Buruh sebagai harapan mereka intuk dapat terwujudnya perubahan aturan perundang-undangan yang lebih berpihak pada kaum buruh.
“Mereka boleh kaya, tapi jangan miskinkan kami”, ujar Said Iqbal, Presiden Partai Buruh dipenghujung film. Teriakannya menggugah kesadaran bahwa kesejahteraan baru bisa didapat hanya bila kita sendiri mau berjuang untuk bisa terwujud.